Jumat, 18 Oktober 2013

Etika Terapan



ETIKA TERAPAN


1.   Etika sedang Naik Daun

Filsafat moral dalam tiga dasa warsa terakhir penampilannya berubah sebagai etika terapan. Tidak bisa disangkal, dalam situasi kita sekarang ini etika sedang naik daun. Jika dipandang pada skala dunia selama kira – kira 3 dasawarsa terakhir ini wajah filsafat moral berubah cukup radikal. Tidak bisa disangkal, dalam situasi kita sekarang ini etika sedang naik daun. Hal itu terutama tampak dengan penampilannya sebagai etika terapan ( applied ethics), kadang – kadang juga disebut filsafat terapan (applied philosophy).
Sebelum 30 tahun terakhir ini : filsafat moral agak segan menyinggung persoalan konkrit dan actual.
            Tempat perubahan yang mencolok adalah kawasan berbahasa Inggris United Kingdom Amerika Serikat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan :
a)      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya sector Biomedis yang banyak menimbulkan masalah etis yang besar Contohnya: bayi tabung pertama di Amerika Serikat
b)      Terciptanya “iklim moral” yang mengandung minat baru untuk etika. Gerakan hak dalam berbagai bidang secara khusus yang merupakan peran actual etika itu sendiri
Contohnya: profesi seorang perawat
Etika khusus adalah etika terapan sedang mengalami kejayaan atau naik daun

Bukti – bukti kejayaan :
a)Setiap tahun dibanyak tempat seluruh dunia diadakan konggres dan      seminar tentang masalah – masalah etis
b)      Ada pembelajaran masalah – masalah moral
c)Etika masuk kurikulum perguruan tinggi
d)     Etika diminta mempelajari masalah yang berimplikasi moral
Dengan orientasi praktis ini etika sekarang sedang naik daun dengan cahaya baru .
Etika teoritis sama dengan etika umum yaitu mempunyai pengaruh timbal balik etika terapan. Kualitas etika terapan ditentukan oleh kualitas teori etika yang dipergunakannya.
Ada 2 wilayah besar yang diselidiki oleh etika terapan yaitu
1.               Menyoroti suatu profesi contohnya : etika kedokteran, etika politik, etika bisnis , etika keperawatan.
2.               Menyoroti suatu masalah contohnya: penggunaan tenaga nuklir, pembuatan senjata nuklir, pencemaran lingkungan hidup, diskriminasi dalam segala bentuk ( ras, agama, dll)
Cara lain membagi etika terapan :
1.            Makroetika contohnya: masalah yang menyangkut suatu bangsa seluruhnya( masalah moral skala besar), masalah lingkungan hidup, alokasi sarana pelayanan kesehatan.
2.            Mikroetika membahas pertanyaan etis dimana individu terlibat contohnya: kewajiban dokter terhadap pasiennya, kewajiban pengacara terhadap kliennya.


2.   Beberapa Bidang Garapan bagi Etika Terapan

Etika terapan dapat menyoroti dua wilayah besar, yaitu:
a.       Menyoroti suatu profesi.
b.      Menyoroti suatu masalah.

Contoh etika terapan yang menyoroti suatu profesi:
a.       Etika Kedokteran,
b.      Etika Politik,
c.       Etika Bisnis,
d.      Etika Keperawatan.

Contoh etika terapan yang menyoroti masalah:
a.       Penggunaan tenaga nuklir,
b.      Pembuatan senjata nuklir,
c.       Pencemaran lingkungan hidup,
d.      Diskriminasi dalam segala bentuk (ras, agama, dll).

Cara lain untuk membagi etika terapan adalah membedakan antara makroetika dan mikroetika.
Makroetika: membahas masalah-masalah moral pada skala besar. Sedangkan
Mikroetika: membicarakan pertanyaan-pertanyaan etis dimana individu terlibat. Seperti kewajiban dokter terhadap pasiennya atau kewajiban pengacara terhadap kliennya.
Diantara makroetika dan mikroetika di sisipkan lagi jenis etika terapan yang ketiga, yaitu misoetika.
Misoetika: menyoroti masalah-masalah etis yang berkaitan dengan suatu kelompok atau profesi, misalnya kelompok ilmuan, profesi wartawan, dan sebagainya.


3.   Etika Terapan Dan Pendekatan Multidisipliner

Salah satu ciri khas etika terapan saat ini adalah kerjasama erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Di sini kita bisa membedakan antara pendekatan multidisipliner
Etika terapan tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerjasama itu,karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama.
Oleh karena itu pelaksanaan etika terapan minta suatu pendekatan multidisipliner.

Disini kita bisa membedakan antara pendekatan multidisipliner dan pendekatan interdisipliner.
a.       Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh berbagai ilmu,sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping yang lain. Pendekatan multidisipliner kerap kali adalah usaha yang lebih realistis dan sesungguhnya sudah cukup sulit untuk dijalankan.
b.      Pendekatan interdisipliner adalah kerja sama antara beberapa ilmu tentang tema yang sama dengan maksud mencapai suatu pandangan terpadu. Pendekatan interdisipliner jauh lebih sulit untuk dilaksanakan. Pendekatan interdisipliner dijalankan dengan cara lintas disiplin dan jarang ditemukan serta biasanya hanya berperan sebagai ideal.

Peranan etika yang terbatas ditengah ilmu-ilmu lain mempunyai dua efek.
Disatu pihak etika terapan sering dipraktekkan tanpa mengikut sertakan etikawan profesional.
Antara lain hal itu sering terjadi dalam dunia kedokteran.
Di lain pihak dapat kita saksikan etika semakin terlepas dari konteks akademis yang eklusif dan memasuki suatu kawasan yang lebih luas.


4.   Pentingnya Kasuistik

Kasuistik dimaksdukan untuk usaha memecahkan kasus-kasus konkrit di bidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum. Kasuistik ini sejalan dengan maksud umum etika terapan tidak mengherankan jika dalam suasana etis yang menandai zaman kita sekarang timbul minat baru untuk kasuistik.

Salah satu zaman kejayaan kasuistik adalah abad pertengahan ketika metode kasuistik banyak dipakai dalam teologi moral kristen, khususnya dalam berkaitan dengan praktik pengakuan dosa.

Zaman perkembangan kasuistik sering mengalami naik turun, zaman kejayaannya di di karenakan pada zaman itu terdapat kemunduran dan kecurigaan dan tidak ada rasa saling percaya pada antar sama lain.karena pada masa itu masyarakat memiliki sifat otoriter. Puncak kejayaan kasuistik berlangsung antara pertengahan abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17 saat itu banyak buku tentang teologi moral yang didasarkan atas metode kasuistik.

Zaman emas bagi kasuistik ini berakhir dengan agak mendadak karena kritik Blaise Pascal (1623-1662).
Mulai dengan serangan pascal ini kasuistik mendapat nama kurang baik dan cukup lama dianggap sinonim dengan memanipulasi kasus moral sambil mengkorbankan prinsip-prinsip etis yang penting.
Dalam etika terapan sekarang ini kasuistik menduduki tempat terhormat lagi. Uraian-uraian tentang etika terapan kerap kali disertai dengan pembahasan kasus.

Salah satu cabang dimana kasuistik sekarang paling banyak dipergunakan oleh etika biomedis. Kasuistik timbul karena ada keyakinan bahwa prinsip-prinsip etis bersifat umum dan tidak relatif saja terhadap suatu keadaan konkrit.

Sebagaimana arti sebuah kata atau kalimat bisa berubah karena konteksnya, demikian juga sifat-sifat suatu masalah etis bisa berubah karena situasi khusus yang menandai kasusnya yang disebut circumstances.
5.   Kode Etik Profesi

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.

Tujuan Kode Etik Profesi:
Untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.

Pengertian Profesi:
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan juga karena latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang terutup  bagi orang lain.
Dengan demikian profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus.

Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Dalam konteks ini etika terapan memegang peranan penting. Kode etik bisa dilihat sebagai produk etika terapan, sebab dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atau suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.

Supaya dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri dan kode etik harus menjadi hasil self-regulation (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki.

Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus-menerus. Karena tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis.




6.   Etika di Depan Ilmu dan Teknologi

Ilmu disini yang dimaksud adalah ilmu alam dan teknologi yang dimengerti sebagai penerapan ilmu alam yang memungkinkan kita menguasai dan memanfaatkan daya alam.
Masalah-masalah etis:
1.      Ambivalensi kemajuan ilmiah
2.      Masalah bebas nilai
3.      Teknologi tak terkendali
4.      Tanda-tanda yang menimbulkan harapan

Ambivalensi kemajuan ilmiah:
Bersifat ambivalen artinya disamping banyak akibat positif terdapat juga akibat negatif.
Positif           : fasilitas transportasi dan telekomunikasi yang sangat memudahkan banyak orang.
Negatif         : dengan adanya bom nuklir manusia dapat memusnahkan kehidupan di seluruh bumi.

Masalah bebas nilai:
Ilmu dan moral bukan merupakan dua kawasan yang asing antara satu sama lain tapi ada titik temu diantaranya. Pada saat tertentu dalam perkembangannya ilmu dan teknologi bertemu dengan moral.
Contohnya : teknologi Galileo Galilei memberikan teori bahwa bumi mengelilingi matahari dan tidak sebaliknya (heliosentrisme), tetapi pada tahun 1633 gereja Katolik memaksa untuk menarik kembali teorinya yang dinilai bertentangan dengan kitab suci kristen.

Teknologi tak terkendali:
Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan proses yang seakan-akan berlangsung secara otomatis. Keadaan ini bisa mengherankan, karna teknik sebenarnya dimulai untuk membantu manusia. Fungsinya bersifat instrumental, artinya menyediakan alat-alat bagi manusia. Tapi apa yang dirancang sebagai sarana yang memungkinkan manusia memperluas penguasaannya terhadap dunia,tapi ternyata sukar untuk dikuasai sendiri, malah kadang-kadang tidak bisa dikuasai.

Tanda-tanda yang menimbulkan harapan:
Perkembangan ilmiah teknologis selalu mendahului pemikiran etis. Idealnya adalah pemikiran etis mendahului dan mengarahkan perkembangan ilmiah teknologis, tapi cita-cita seperti itu rasanya masih mustahil untuk diwujudkan.




7.   Metode Etika Terapan

Etika Terapan: Etika terapan merupakan pendekatan ilmiah yang pasti tidak seragam.
Metode etika terapan sejalan dengan proses terbentuknya pertimbangan moral.
4 unsur yang dikaitkan dengan metode etika terapan, yaitu :

1.      Sikap Awal
Selalu ada suatu sikap awal. Kita mulai dengan mengambil suatu sikap tertentu terhadap masalah yang bersangkutan.
Misal di negara yang memproduksi nuklir, hal itu di terima begitu saja oleh warga negaranya.
Dalam masyarakat yang agak tertutup, orang tua memilihkan calon teman hidup anaknya dan anaknya menerima begitu saja tradisi tersebut.
Sikap awal ini terbentuk karena bermacam-macam faktor mulai dari pendidikan, kebudayaan, agama, pengalaman pribadi, media masa, watak seseorang dan masih banyak lainnya.
Sikap awal seperti itu dipertahankan tanpa berpikir panjang sampai saat kita berhadapan dengan peristiwa yang menggugah refleksi kita.
Sikap awal menjadi problematis dan pemikiran moral kita tergugah dengan itu refleksi etis mulai perjalanannya.
Hal itu bisa berlangsung dalam hidup pribadi seseorang yang berpikir tentang salah satu masalah etis.

2.      Informasi
Unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi. Bagi masalah etis yang terkait dengan perkembangan IPTEK bisa saja terjadi sikap awal yang pro dan kontra yang sebenarnya masih sangat emosional atau sekurang-kurangnya yang dikuasai oleh faktor subyektif yang tidak sesuai dengan pernyataan obyektif.
Misal diskusi tentang penggunaan energi nuklir untuk membangkitkan nuklir dipengaruhi oleh segi-segi ekonomis.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, energi nuklir adalah energi yang relatif murah dan karena itu menguntungkan.
Dengan demikian perlunya informasi merupakan salah satu alasan terpenting mengapa etika terapan harus di jalankan dalam konteks kerjasama multidisipliner.

3.      Norma-norma Moral
Unsur berikut dalam metode etika terapan adalah norma-norma moral yang relevan untuk topik atau bidang bersangkutan. Penerapan norma-norma moral merupakan unsur terpenting dalam metode etika terapan.
Penerapan norma-norma moral tidak berlangsung seperti penerapan prinsip-prinsip teori mekanika dalam teknik. Penelitian etika terapan sering kali norma itu harus tampak dulu atau harus membktikan diri sebagai norma.

4.      Logika
Uraian yang di berikan dalam etika terapan harus bersifat logis. Logika dapat memperlihatkan bagaimana dalam suatu argumentasi tentang masalah moral berkaitan kesimpulan etis dengan premis-premisnya dan juga apakah penyimpulan itu tahan uji, jika di periksa secara kritis menurut aturan-aturan logika.
Logika dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan penalaran dan inkonsistensi yang barang kali terjadi dalam argumentasi. Logika juoga memungkinkan kita untuk menilai definisi dan klasifikasi yang di pakai dalam argumentasi. Sikap awal, informasi, norma-norma etis dan penyusunan logis adalah empat unsur paling penting yang membentuk etika terapan.


Daftar pustaka

1.      Etika K.Bertens hal 265 – 303
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta
Diterbitkan pertama kali oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Mei 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar