ETIKA TERAPAN
1. Etika sedang Naik Daun
Filsafat moral dalam tiga dasa
warsa terakhir penampilannya berubah sebagai etika terapan. Tidak bisa
disangkal, dalam situasi kita sekarang ini etika sedang naik daun. Jika
dipandang pada skala dunia selama kira – kira 3 dasawarsa terakhir ini wajah
filsafat moral berubah cukup radikal. Tidak bisa disangkal, dalam situasi kita
sekarang ini etika sedang naik daun. Hal itu terutama tampak dengan
penampilannya sebagai etika terapan ( applied ethics), kadang – kadang juga disebut
filsafat terapan (applied philosophy).
Sebelum 30 tahun terakhir ini : filsafat moral agak
segan menyinggung persoalan konkrit dan actual.
Tempat
perubahan yang mencolok adalah kawasan berbahasa Inggris United Kingdom Amerika
Serikat.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi perubahan :
a)
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya sector Biomedis yang banyak
menimbulkan masalah etis yang besar Contohnya: bayi tabung pertama di Amerika
Serikat
b)
Terciptanya
“iklim moral” yang mengandung minat baru untuk etika. Gerakan hak dalam
berbagai bidang secara khusus yang merupakan peran actual etika itu sendiri
Contohnya:
profesi seorang perawat
Etika khusus
adalah etika terapan sedang mengalami kejayaan atau naik daun
Bukti – bukti
kejayaan :
a)Setiap tahun dibanyak tempat seluruh dunia diadakan
konggres dan seminar tentang masalah
– masalah etis
b)
Ada pembelajaran
masalah – masalah moral
c)Etika masuk kurikulum perguruan tinggi
d)
Etika diminta
mempelajari masalah yang berimplikasi moral
Dengan orientasi
praktis ini etika sekarang sedang naik daun dengan cahaya baru .
Etika teoritis sama dengan etika umum yaitu
mempunyai pengaruh timbal balik etika terapan. Kualitas etika terapan
ditentukan oleh kualitas teori etika yang dipergunakannya.
Ada 2 wilayah
besar yang diselidiki oleh etika terapan yaitu
1.
Menyoroti suatu
profesi contohnya : etika kedokteran, etika politik, etika bisnis , etika
keperawatan.
2.
Menyoroti suatu
masalah contohnya: penggunaan tenaga nuklir, pembuatan senjata nuklir, pencemaran
lingkungan hidup, diskriminasi dalam segala bentuk ( ras, agama, dll)
Cara lain
membagi etika terapan :
1.
Makroetika
contohnya: masalah yang menyangkut suatu bangsa seluruhnya( masalah moral skala
besar), masalah lingkungan hidup, alokasi sarana pelayanan kesehatan.
2.
Mikroetika
membahas pertanyaan etis dimana individu terlibat contohnya: kewajiban dokter
terhadap pasiennya, kewajiban pengacara terhadap kliennya.
2. Beberapa Bidang Garapan bagi
Etika Terapan
Etika terapan dapat menyoroti dua
wilayah besar, yaitu:
a. Menyoroti suatu
profesi.
b. Menyoroti suatu
masalah.
Contoh etika terapan yang
menyoroti suatu profesi:
a. Etika
Kedokteran,
b. Etika Politik,
c. Etika Bisnis,
d. Etika
Keperawatan.
Contoh etika terapan yang
menyoroti masalah:
a. Penggunaan
tenaga nuklir,
b. Pembuatan
senjata nuklir,
c. Pencemaran
lingkungan hidup,
d. Diskriminasi
dalam segala bentuk (ras, agama, dll).
Cara lain untuk
membagi etika terapan adalah membedakan antara makroetika dan mikroetika.
Makroetika:
membahas masalah-masalah moral pada skala besar. Sedangkan
Mikroetika: membicarakan
pertanyaan-pertanyaan etis dimana individu terlibat. Seperti kewajiban dokter
terhadap pasiennya atau kewajiban pengacara terhadap kliennya.
Diantara
makroetika dan mikroetika di sisipkan lagi jenis etika terapan yang ketiga,
yaitu misoetika.
Misoetika:
menyoroti masalah-masalah etis yang berkaitan dengan suatu kelompok atau
profesi, misalnya kelompok ilmuan, profesi wartawan, dan sebagainya.
3.
Etika Terapan Dan Pendekatan Multidisipliner
Salah satu ciri khas etika terapan saat ini adalah kerjasama erat
antara etika dan ilmu-ilmu lain. Di sini kita bisa membedakan antara pendekatan
multidisipliner
Etika terapan tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerjasama
itu,karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama.
Oleh karena itu pelaksanaan etika terapan minta suatu pendekatan
multidisipliner.
Disini kita bisa
membedakan antara pendekatan multidisipliner dan pendekatan interdisipliner.
a.
Pendekatan
multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh berbagai
ilmu,sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping yang
lain. Pendekatan multidisipliner kerap kali adalah usaha yang lebih realistis
dan sesungguhnya sudah cukup sulit untuk dijalankan.
b.
Pendekatan interdisipliner
adalah kerja sama antara beberapa ilmu tentang tema yang sama dengan maksud
mencapai suatu pandangan terpadu. Pendekatan interdisipliner jauh lebih sulit
untuk dilaksanakan. Pendekatan interdisipliner dijalankan dengan cara lintas
disiplin dan jarang ditemukan serta biasanya hanya berperan sebagai ideal.
Peranan etika yang terbatas ditengah ilmu-ilmu lain mempunyai dua efek.
Disatu pihak etika terapan sering dipraktekkan tanpa mengikut sertakan
etikawan profesional.
Antara lain hal itu sering terjadi dalam dunia kedokteran.
Di lain pihak dapat kita saksikan etika semakin terlepas dari konteks
akademis yang eklusif dan memasuki suatu kawasan yang lebih luas.
4. Pentingnya Kasuistik
Kasuistik dimaksdukan untuk
usaha memecahkan kasus-kasus konkrit di bidang moral dengan menerapkan
prinsip-prinsip etis yang umum. Kasuistik ini sejalan dengan maksud umum etika
terapan tidak mengherankan jika dalam suasana etis yang menandai zaman kita
sekarang timbul minat baru untuk kasuistik.
Salah satu zaman kejayaan
kasuistik adalah abad pertengahan ketika metode kasuistik banyak dipakai dalam
teologi moral kristen, khususnya dalam berkaitan dengan praktik pengakuan dosa.
Zaman perkembangan
kasuistik sering mengalami naik turun, zaman kejayaannya di di karenakan pada zaman itu terdapat kemunduran dan kecurigaan dan tidak ada rasa saling percaya pada antar sama lain.karena pada masa itu masyarakat memiliki sifat otoriter. Puncak kejayaan kasuistik
berlangsung antara pertengahan abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17 saat itu
banyak buku tentang teologi moral yang didasarkan atas metode kasuistik.
Zaman emas bagi kasuistik
ini berakhir dengan agak mendadak karena kritik Blaise Pascal (1623-1662).
Mulai dengan serangan
pascal ini kasuistik mendapat nama kurang baik dan cukup lama dianggap sinonim
dengan memanipulasi kasus moral sambil mengkorbankan prinsip-prinsip etis yang
penting.
Dalam etika terapan
sekarang ini kasuistik menduduki tempat terhormat lagi. Uraian-uraian tentang
etika terapan kerap kali disertai dengan pembahasan kasus.
Salah satu cabang dimana
kasuistik sekarang paling banyak dipergunakan oleh etika biomedis. Kasuistik timbul karena ada keyakinan bahwa prinsip-prinsip etis bersifat umum
dan tidak relatif saja terhadap suatu keadaan konkrit.
Sebagaimana arti sebuah
kata atau kalimat bisa berubah karena konteksnya, demikian juga sifat-sifat
suatu masalah etis bisa berubah karena situasi khusus yang menandai kasusnya
yang disebut circumstances.
5.
Kode Etik Profesi
Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah
dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila
norma perilaku itu dirumuskan secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.
Tujuan Kode Etik Profesi:
Untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang
teguh oleh seluruh kelompok itu.
Pengertian Profesi:
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki
cita-cita dan nilai-nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi
disatukan juga karena latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama
memiliki keahlian yang terutup bagi
orang lain.
Dengan demikian profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan
tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus.
Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat
diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan
terjamin. Dalam konteks ini etika terapan memegang peranan penting. Kode etik
bisa dilihat sebagai produk etika terapan, sebab dihasilkan berkat penerapan
pemikiran etis atau suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.
Supaya dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak
adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri dan kode etik harus
menjadi hasil self-regulation (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki.
Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik berhasil dengan baik
adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus-menerus. Karena tujuannya adalah mencegah
terjadinya perilaku yang tidak etis.
6.
Etika di Depan Ilmu dan Teknologi
Ilmu disini yang dimaksud adalah ilmu alam dan teknologi yang
dimengerti sebagai penerapan ilmu alam yang memungkinkan kita menguasai dan
memanfaatkan daya alam.
Masalah-masalah etis:
1.
Ambivalensi kemajuan ilmiah
2.
Masalah bebas nilai
3.
Teknologi tak terkendali
4.
Tanda-tanda yang menimbulkan harapan
Ambivalensi kemajuan
ilmiah:
Bersifat ambivalen artinya disamping banyak akibat positif terdapat
juga akibat negatif.
Positif : fasilitas transportasi dan
telekomunikasi yang sangat memudahkan banyak orang.
Negatif : dengan adanya bom nuklir manusia
dapat memusnahkan kehidupan di seluruh bumi.
Masalah bebas nilai:
Ilmu dan moral bukan merupakan dua kawasan yang asing antara satu sama
lain tapi ada titik temu diantaranya. Pada saat tertentu dalam perkembangannya
ilmu dan teknologi bertemu dengan moral.
Contohnya : teknologi Galileo Galilei memberikan teori bahwa bumi mengelilingi
matahari dan tidak sebaliknya (heliosentrisme), tetapi pada tahun 1633 gereja
Katolik memaksa untuk menarik kembali teorinya yang dinilai bertentangan dengan
kitab suci kristen.
Teknologi tak terkendali:
Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan proses yang seakan-akan
berlangsung secara otomatis. Keadaan ini bisa mengherankan, karna teknik
sebenarnya dimulai untuk membantu manusia. Fungsinya bersifat instrumental,
artinya menyediakan alat-alat bagi manusia. Tapi apa yang dirancang sebagai
sarana yang memungkinkan manusia memperluas penguasaannya terhadap dunia,tapi
ternyata sukar untuk dikuasai sendiri, malah kadang-kadang tidak bisa dikuasai.
Tanda-tanda yang
menimbulkan harapan:
Perkembangan ilmiah teknologis selalu mendahului pemikiran etis.
Idealnya adalah pemikiran etis mendahului dan mengarahkan perkembangan ilmiah
teknologis, tapi cita-cita seperti itu rasanya masih mustahil untuk diwujudkan.
7.
Metode Etika Terapan
Etika Terapan: Etika
terapan merupakan pendekatan ilmiah yang pasti tidak seragam.
Metode etika terapan sejalan dengan proses terbentuknya pertimbangan
moral.
4 unsur yang dikaitkan dengan metode etika terapan, yaitu :
1. Sikap Awal
Selalu ada suatu sikap awal. Kita mulai dengan mengambil suatu sikap
tertentu terhadap masalah yang bersangkutan.
Misal di negara yang memproduksi
nuklir, hal itu di terima begitu saja oleh warga negaranya.
Dalam masyarakat yang
agak tertutup, orang tua memilihkan calon teman hidup anaknya dan anaknya
menerima begitu saja tradisi tersebut.
Sikap awal ini terbentuk karena bermacam-macam faktor mulai dari
pendidikan, kebudayaan, agama, pengalaman pribadi, media masa, watak seseorang
dan masih banyak lainnya.
Sikap awal seperti itu
dipertahankan tanpa berpikir panjang sampai saat kita berhadapan dengan
peristiwa yang menggugah refleksi kita.
Sikap awal menjadi
problematis dan pemikiran moral kita tergugah dengan itu refleksi etis mulai
perjalanannya.
Hal itu bisa berlangsung
dalam hidup pribadi seseorang yang berpikir tentang salah satu masalah etis.
2. Informasi
Unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi. Bagi masalah etis yang
terkait dengan perkembangan IPTEK bisa saja terjadi sikap awal yang pro dan
kontra yang sebenarnya masih sangat emosional atau sekurang-kurangnya yang
dikuasai oleh faktor subyektif yang tidak sesuai dengan pernyataan obyektif.
Misal diskusi tentang penggunaan energi nuklir untuk membangkitkan
nuklir dipengaruhi oleh segi-segi ekonomis.
Dilihat dari sudut
pandang ekonomi, energi nuklir adalah energi yang relatif murah dan karena itu
menguntungkan.
Dengan demikian perlunya
informasi merupakan salah satu alasan terpenting mengapa etika terapan harus di
jalankan dalam konteks kerjasama multidisipliner.
3. Norma-norma
Moral
Unsur
berikut dalam metode etika terapan adalah norma-norma moral yang relevan untuk
topik atau bidang bersangkutan. Penerapan norma-norma moral merupakan unsur
terpenting dalam metode etika terapan.
Penerapan norma-norma moral
tidak berlangsung seperti penerapan prinsip-prinsip teori mekanika dalam
teknik. Penelitian etika terapan sering kali norma itu harus tampak dulu atau
harus membktikan diri sebagai norma.
4. Logika
Uraian
yang di berikan dalam etika terapan harus bersifat logis. Logika dapat
memperlihatkan bagaimana dalam suatu argumentasi tentang masalah moral berkaitan kesimpulan
etis dengan premis-premisnya dan juga apakah penyimpulan itu tahan uji, jika di
periksa secara kritis menurut aturan-aturan logika.
Logika dapat menunjukkan
kesalahan-kesalahan penalaran dan inkonsistensi yang barang kali terjadi dalam
argumentasi. Logika juoga memungkinkan kita untuk menilai definisi dan
klasifikasi yang di pakai dalam argumentasi. Sikap awal, informasi, norma-norma
etis dan penyusunan logis adalah empat unsur paling penting yang membentuk
etika terapan.
Daftar pustaka
1. Etika
K.Bertens hal 265 – 303
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta
Diterbitkan pertama kali oleh penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Mei 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar